Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat
Toggle Navigation
  • Home
  • Profil
    • Tentang Perpustakaan
    • Visi dan Misi
  • Berita/Artikel
  • Pelayanan Perpustakaan
  • Laporan
  • Galeri
    • Photo
    • Video

Seperti Surga di Ekor Borneo

Written by Nining

“Sepotong Surga di ekor Borneo” barang kali itu ungkapan yang cocok untuk menyebut keindahan pantai Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas. Pantai dengan gugusan batuan dan pasirnya putih menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung ke sana.

 

PAGI itu, Sabtu (11/7), Pontianak Post berkesempatan mengunjungi pantai Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas.

Sepintas, desa kecil di sudut utara Provinsi Kalimantan Barat itu jauh dari kesan megah. Listrik baru bisa dinikmati selama 6 jam sehari. Tapi untuk urusan objek wisata, desa yang berada di Pesisir Paloh ini memiliki destinasi yang cukup komplit. Mulai dari bukit, pantai, underwater, mangrove, hingga deretan homestay nan cantik. Orang Kalimantan Barat kerap menyebutnya sebagai sekeping surga di ekor Kalimantan.

Salah satu destinasi yang menjadi andalan adalah pantainya. Temajuk memiliki garis pantai berhadapan dengan laut natuna atau berada di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia, yang hanya berjarak empat kilometer dari Telok Melano, Malaysia.

Di sini, wisatawan akan dimanjakan dengan kondisi alam yang masih alami, dengan pantai pasang urut yang eksotis, hamparan pasir pantai yang lembut berpadu dengan gugusan bebatuan granit yang membentuk formasi yang indah. Airnya pun jernih, saat cuaca cerah langit yang biru bersih tanpa awan akan menambah keindahan.

Wisatawan juga dapat menikmati keindahannya dengan berjalan-jalan di tepi pantai atau menikmati pemandangan bawah laut dengan menggunakan snorkel.

Pesisir Paloh tidak hanya menyajikan keindahan alamnya. Wisatawan juga bisa melihat secara langsung Pendaratan Penyu untuk bertelur di malam hari. Pantai dengan garis pantai sepanjang kurang lebih 63 kilometer ini juga sebagai pantai peneluran penyu terpanjang di Indonesia.

Bagi anda yang berasal dari luar kota, bisa menginap di pandai dengan mendirikan tenda (camping ground) atau dengan menginap di villa dengan biaya yang cukup variasi, mulai dari Rp. 150 ribu hingga Rp. 300 ribu saja.

Camat Paloh Sofiandi mengungkapkan, Kecamatan Paloh, khususnya Desa Temajuk diprediksi akan menyedot banyak wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Dalam lima tahun ke depan, kata Sofiandi, Temajuk akan menjadi kota dan akan banyak dikunjungi wisatawan maupun investor. Mengingat, temajuk berbatasan langsung dengan Malaysia, katanya.

Untuk itu perlu persiapan dalam mengelola kawasan tersebut dengan baik. “Kami akui, Paloh atau Temajuk saat ini masih banyak kekurangan. Untuk itu kami perlu persiapan yang lebih baik. Mau tidak mau, suka tidak suka, kita akan mengarah kesana,” paparnya.

Menurut Sofiandi, Kecamatan Paloh kaya akan sumber daya alam, destinasi wisata, perkebunan mauupun pertanian.

Untuk destinasi wisata, kata Sofiandi, Paloh memiliki garis pantai yang sangat panjang dan masih alami. Maka tak heran, jika selama beberapa tahun terakhir, temajuk dikunjungi banyak wisatawan. “Tahun lalu tercatat ada 40 ribu wisatawan yang berkunjung ke Paloh,” jelasnya.

Sementara itu, Bupati Sambas Atbah Romin Suhali mengatakan, Kecamatan Paloh, Khususnya Temajuk, memiliki potensi wisata alam berskala Internasional. Dalam mewujudkannya, dukungan semua pihak sangat diharapkan, termasuk dari pemerintah desa setempat.

“Temajuk memiliki potensi berskala internasional. Ini harus dikelola secara baik. Pemerintah Kabupaten Sambas dengan dukungan pemerintah pusat dan Provinsi Kalbar akan memberikan perhatian untuk mewujudkan Temajuk sebagai tempat wisata alam skala internasional,” katanya.

Pemkab Sambas, akan berupaya sebaik mungkin untuk menindaklanjuti perhatian-perhatian yang dikucurkan dari pemerintah pusat dan provinsi.

“Temajuk ke depannya harus semakin mudah dikelola. Bagaimana kedepannya, ada kemudahan-kemudahan yang diberikan bagi pemangku kepentingan sektor pelayanan publik dalam upaya meningkatkan sektor kepariwisataan didaerah tersebut,” katanya

Atbah juga mendorong, pemerintah desa harus memiliki terobosan untuk mendorong masyarakatnya melakukan pembenahan dalam rangka mendukung kemajuan sektor wisata. “Temajuk mendapat banyak perhatian. Potensinya luar biasa. Bisa menjadi tempt wisata alam primadona. Insya Allah pemerintah akan melakukan langkah-langkah terbaik, termasuk pihak desa juga terus berbenah agar Temajuk semakin mudah dikelola,” katanya

Sumber : Pontianak Post

Midji Sarankan Kajian Komprehensif

Written by Nining

Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji secara pribadi menyatakan bahwa Sultan Hamid II merupakan pahlawan bagi masyarakat Pontianak dan Kalimantan Barat. Hal itu terlepas diakui atau tidaknya Sultan Hamid II apakah diakui atau tidak diakui sebagai Pahlawan Nasional.

 

DIAKUI atau tidak diakuinya SultanHamid II sebagai Pahlawan Nasional, beliau adalah pahlawan bagi kita,” ujarnya saat mengikuti virtual meeting Sultan Hamid II Pengkhianat atau Pahlawan? Yang digelar oleh Yayasan Sultan Hamid II. Minggu (21/6).

Sutarmidji menyampaikan sejumlah argumentasi tentang kiprah Sultan Hamid II untuk bangsa Indonesia pada masa awal-awal kemerdekaan untuk merebut kedaulatan Indonesia secara utuh.

Ia juga mengaku sebagai orang pertama kali di Pontianak yang menggagas pengabadian nama Sultan Hamid II sebagai nama Jalan di Kota Pontianak. Ketika itu Midji masih menjabat sebagai anggota DPRD Kota Pontianak.

“Saya orang pertama kali yang menggagas pada tahun 1999 hingga 2000 bersama almarhum Sy Ahmad untuk mengubah Jalan Perintis Kemerdekaan menjadi Jalan Sultan Hamid II,” ujarnya. “Itu semua bisa dilihat di DPRD Kota Pontianak karena saat itu saya sebagai anggota DPRD,” imbuhnya.

Selain itu, Midji juga mendorong agar ada pengakuan secara yuridis-formal tentang siapa sebenarnya yang merancang lambang negara. Hasilnya memang seluruh dokumen menerangkan bahwa Sultan Hamid II sebagai perancang lambang negara.

“Hal yang terakhir pengajuan Sultan Hamid II sebagai Pahlawan Nasional yang ditolak bersama dengan pengajuan Pangeran Nata Kusuma dan J.C. Oevang Oray,” ujarnya.

Midji juga menyoroti tentang penolakanSultan Hamid II sebagai Pahlawan Nasional. Ia menilai bahwa penolakan atas pemberian gelar pahlawan kepada Sultan Hamid II dirasakan tendensius.

“Tendensiusnya kenapa saya katakan, disebutkan bahwa tidak memenuhi syarat dengan alasan. Alasannya pun lucu seakan-akan diciptakannya lambang negara itu salah,” ujarnya.

“Coba saya bacakan, beliau (Sultan Hamid II Red) merupakan orang turut serta mendesain lambang negara bersama timnya dan ada dua yang memenangkan pertama Sultan Hamid II dan kedua M Yamin,” imbuhnya.

Oleh karena itu, Midji menyarankan agar dilakukan seminar atau kajian secara komprehensif tentang alsan-alasan kenapa terjadi penolakan Sultan Hamid II sebagai Pahlawan Nasional. “Silahkan buat seminar baik secara lokal maupun nasional sehingga kita harus mempunyai argumen yang banyak,” ujarnya.

Selain Gubernur Kalbar, virtual meeting ini menghadirkan sejumlah tokoh lain sebagai pembicara yaitu Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, anggota DPR RI Syarif Abdullah Alkadrie, Ketua YayasanSultan Hamid II Anshari Dimyati, dan Pengamat Sejarah Nasional JJ Rizal SS.

Sumber : Tribun Pontianak

Bahan Herbal yang Cepat Memulihkan

Written by Nining

Kekayaan alam yang berlimpah di Kabupaten Kayong Utara membuat banyak penduduknya memanfaatkan tanaman yang tumbuh subur di Kabupaten yang berjuluk Tanah Bertuah itu, salah satunya untuk jamu traisional pasca-persalinan.

 

PENDUDUK di Kecamatan Simpang Hilir, misalnya, menggunakan tanaman dari famili zingiberaceae, yakni temu-temuan yang juga disebut kurkuma (cucurma). Tanaman ini seperti jahe yang bahasa latinnya disebut Zingiber officinale, kunyit atau Curcuma dosmetica, dan temu lawak atau Curcuma xanthorrhiza. Kemudian juga ada lengkuas atau Kaempferia galanga L, dan lain lain.

Semua tanaman diatas, merupakan temu-temuan yang biasa digunakan untuk obat-obatan tradisional atau jamu. Temu-temuan ini pula yang kini sedang “naik daun” karena banyak digunakan penduduk Indonesia untuk jamu penangkal Virus Corona. Namun dengan ramuan yang berbeda-beda tergantung daerahya masing-masing.

Ada yang menggunakan campuran jahe, kencur, dan kunyit. Ada yang menggunakan ramuan jahe, kunyit, dan temu lawak. Atau ramuan lainnya namun tetap dengan bahan-bahan alami itu.

Nah, di masyarakat Simpang Hilir, tanaman tersebut juga digunakan sebagai bahan pembuat jamu. Yakni untuk perawatan pascapersalinan atau selepas melahirkan. Biasanya 40hari selepas seorang ibu melahirkan.

Karena setelah melahirkan, kondisi tubuh seorang ibu atau bunda akan melemah dan memerlukan perawatan untuk memulihkannya dengan memenuhi asupan makanan yang baik dan seimbang, serta mengonsumsi jamu-jamuan.

Tidak hanya itu, masa nifas selama 40 hari juga disarankan untuk meminum jamu dari bahan-bahan herbal, agar kondisi si ibu cepat pulih kembali setelah habis masa berjuang menyelamatkan buah hatinya.

Sebenarnya, saat ini banyak jamu yang dijual di pasar-pasar yang bisa kita dapatkan dengan mudah dengan harga terjangkau. Tetapi di kalangan masyarakat Simpang Hilir, lebih memilih membuat sendiri ramuan jamu dengan racikan resep turun-temurun untuk mengembalikan kondisi tubuh setelah melahirkan itu.

Ramuan jamu dari tanaman yang mudah didapat, dengan cepat memulihkan kondisi tubuh dan dijamin tanpa efek samping karena tanpa bahan pengawet.

Secara umum bahan utama yang digunakan masyarakat adalah jahe, kunyit, dan temu lawak, kemudian ditambah bawang putih, cabai jawa, lada, dan cekur.

Seperti diakui salah seorang ibu rumah tangga Saourah yang tinggal di Simpang Hilir mengaku membuat jamu sendiri untuk anaknya pasca-melahirkan dengan beberapa langkah yang mudah,

Pertama menjemur bahan-bahan pilihan tersebut sampai benar-benar kering. Kemudian bahan tersebut digoreng sampai garing, baru kemudian dihaluskan dengan lesung batu (penumbuk dari batu). Setelah halus, menjadi ramuan yang sudah halus tersebut ditambahkan dengan air hangat dan madu agar tidak terlalu pahit.

“Baru kemudian diminumkan kepada ibu yang baru melakukan persalinan secara rutin selama 40 hari bahkan bisa diminum lebih dari masa nifas,” katanya.

Saourah mengatakan, anaknya sudah melahirkan 3 anak, selama ini pasti kalau sudah melahirkan selalu dibuatkan jamu sendiri yang telah dipersiapkan bahan-bahannya sebelum melahirkan.

Diyakininya, jamu dengan buatan sendiri ini bisa mengembalikan dengan cepat kondisi ibunda pasca-melahirkan. Tidak hanya itu, jamu dengan bahan-bahan alami itu kononnya bisa membuat bentuk tubuh menjadi langsing dan awet muda.

“Sekarang saya sedang membuat ramuan untuk cucu saya yang sedang menunggu masa persalinan,” katanya.

Tidak hanya dirinya, rata-rata warga di tempatnya tinggal juga membuat jamu sendiri untuk ibu yang habis melahirkan.

Satu hal yang tak bisa ditinggalkan pula, menurut dia, setelah ramuan dihaluskan, maka kepercayaan dan adat istiadat di daerah itu ramuan itu harus diberi “penawar”. Yakni didoakan dengan bacaan khusus oleh seorang sesepuh setempat sebelum diminum ibu pasca-melahirkan.

“Jamu itu juga harus ‘ditawar’ dulu, supaya ibu cepat sehat dan anaknya tumbuh dengan cepat dan sehat pula,” katanya.

Sumber : Suara Pemred Kalbar

Percaya Tolak Bala, Buang Kesialan dan Bawa Rezeki

Written by Nining

Ratusan warga Tionghoa di Pontianak merayakan Duan Wu Jie. Perayaan ini terdiri dari U-Shi atau mandi ramai-ramai ke sungai atau ke laut pada tengah hari. Kemudian dilanjutkan dengan makan bacang dan makan besar. Di beberapa tempat digelar lomba perahu naga, yang dalam bahasa Hokkien disebut dengan nama Peh Chun.

 

RATUSAN warga Tionghoa ramai-ramai mandi ke Sungai Kapuas, Kamis (25/6). Duan Wu Jie merupakan tradisi masyarakat Tionghoa yang dirayakan tepat pada tengah hari, antara pukul 11.00 WIB hingga pukul 12.00 pada bulan 5 tanggal 5 penanggalan imlek. Kemarin siang sepajang Sungai Kapuas dipenuhi warga yang mandi. Selain itu, tak sedikit pula yang membawa airnya (wu shu shui) pulang ke rumah dengan jeriken atau botol, karena diyakini berkhasiat dan dapat menyembuhkan berbagai peyakit.

Tradisi Duan Wu Jie. Selain mandi tengah hari di sungai, juga makan bacang dan makan besar bersama sanak keluarga. Bacang sendiri adalah makanan yang terbuat dari pulut yang dibungkus dengan daun dibentuk lonjong dan di dalamnya diisi dengan kacang tanah atau daging.

Sejumlah kawasan di pinggiran Sungai Kapuas menjadi lokasi warga Kota Pontianak dan sekitarnya untuk mandi u-shi. Satu diantara yang cukup ramai adalah di sekitar dermaga feri penyebrangan di Kecamatan Pontianak Utara. Warga berbondong-bondong datang untuk mandi dan menyegarkan diri.

Bukan hanya kalangan muda, banyak juga orang tua membawa anak mereka untuk mandi di Sungai Kapuas saat tengah hari. Warga nampak bersuka cita mandi bersama keluarga dan teman, berenang di sungai yang membelah Kota Pontianak itu.

Beberapa kelompok warga bahkan menyewa sampan atau long boat untuk membawa mereka ke tengah Sungai Kapuas. Saat tiba di tengah sungai, mereka menceburkan diri ke air untuk mandi.

Selain mandi dan berenang, juga di laksanakan perang air. Muda-mudi mengisi kantong dengan air dan kemudidan saling lempar. Keseruan dan kebahagiaan terlihat jelas di wajah warga tersebut.

Beberapa pemadam kebakaran swasta di Pontianak Utara pun turut andil dalam memeriahkan kegiatan tersebut. Diantaranya pemadam kebakaran Selat Madura dan Pemadam Khong Sun, serta Pemadam lainnya yang ada di sisi sebrang sungai.

Anggota pemadam tampak mengerahkan berbagai mesin penyemprot air, para pemadam menyemburkan air ke atas untuk membuat hujan buatan yang menambah keseruan pelaksanaan mandi besar di Sungai Kapuas.

Sekretaris Pemadam Kebakaran Selat Madura Minfei menyampaikan, pelaksanaan peringatan tersebut dilaksanakan setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek. Setiap pelaksanaan tradisinya, pada siang hari warga mandi di sungai untuk membersihkan dan mensucikan diri dengan harapan menolak bala yang bakal datang.

Pelaksanaan mandi besar ini sendiri mulai laksanakan pada sekitar pukul 11.00, dan ketika waktu menunjukan pukul 12.00 seluruh warga berangsur pulang, “Dalam tradisi masyarakat Tionghoa ini merupakan tradisi makan besar, dalam rangka penyambutan Imlek pertama, dan untuk mandi ini, harapannya daoat menolak bala, membuang keisalan, membawa rezeki, dan membawa kedamaian,” tuturnya.

Perayaan Duan Wu Jie merupakan tradisi masyarakat Tiongkok yang dilaksanakan setiap tanggal 5, bulan 5 pada penanggalan Imlek. Dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa tradisional, mandi disaat U-Shi di sungai atau laut akan membawa berkah dan keselamatan. Segala sifat buruk dan tabiat yang tidak baik dihanyutkan mengikuti derasnya arus air yang mengalir.

Ada pun makan bacang sebagai bentuk penghargaan warga Tionghoa kepada salah satu wastrawan terkenal di Tiongkok. Dia merupakan orang pintar yang cukup disegani.

Namun oleh pihak kerajaan dia tidak disenangi sehingga diasingkan. Sampai akhirnya sastrawan terkenal tersebut bunuh diri dengan melompat ke sungai karena putus asa. Sebagai bentuk penghormatan masyarakat kemudian melemparkan bacang ke laut atau ke sungai. Tujuannya supaya jasad sastrawan itu tidak dimakan ikan. Namun sampai beberapa tahun ternyata jasadnya tidak ditemukan.

Tradisi makan bacang juga dirayakan masyarakat dataran tinggi Tiongkok. Kemudian tradisi ini dibawa para perantau dan dirayakan diberbagai dunia oleh masyarakat Tionghoa di selruh dunia.

Mandi U-Shi juga dipercaya dapat berdampak baik kesehatan. Diyakini, air U-Shi yang diambil siang hari di sungai yang mengalir merupakan air yang mengandung berkah yang dapat dijadikan khasiat obat dan dapat disimpan untuk digunakan sewaktu-waktu ketika diperlukan. Beberapa wagra misalnya menggunakan air tersebut untuk merebus ramuan obat-obatan.

Sumber : Tribun Pontianak

Panorama Alam Andalan Pariwisata Kalbar

Written by Nining

Rimba Budaya masih menjadi starting point Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi Kalbar, dalam mengembangkan pariwisata Kalbar. Salah satunya adalah kekayaan panorama alam Kalbar yang melimpah.

 

PERNYATAAN ini disampaikan oleh Kepala Bidang (Kabid) Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Diporapar Kalbar, Frans Zeno, saat dihubungi Suara Pemred, Senin (20/4). menurutnya, kekayaan alam sebagai tujuan pariwisata, akan terus dikembangkan semaksimal mungkin.

“Pengembangan destinasi wisata alam, maka akan meningkatkan kunjungan pariwisata. Dengan sendirinya, juga meningkatkan bidang industri lainnya,” kata Franz.

Salah satu yang kini dikembangkan dan bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota adalah, kepemilikan satu destinasi andalan di masing-masing daerah. Misalnya ada Danau Laet di Kecamatan Tayan, Kabupaten Sanggau dan Ekowisata Air Terjun di Sungai Deras, di Dusun Gunung Ambawang, Kecamatan Teluk Pakedai, Kabupaten Kubu Raya.

Kawasan tersebut, ternyata menyimpan panorama alam yang dapat memikat para pelancong. Panorama itu berupa ekowisata air terjun yang akan mulai digencarkan untuk disosialisasi oleh pihak desa.

Dengan kondisi kawasan hutan yang masih luas serta dilindungi membuat air terjun yang berada didaerah Gunung Ambawang layak untuk dilirik sebagai potensi daerah wisata alam yang dapat dikembangkan.

“Akses jalan untuk ke air terjun itu cukup sulit karena harus melewati rute tanah liat licin hingga berpasir serta kepingan-kepingan papan yang terhampar di jalan menuju tempat wisata tersebut. Kedepannya, bisa saja ada sinergi membangun akses jalan,” tuturnya.

Air terjun ini, diketahui rencananya akan diberi nama Air Terjun Matahari (ATM) yang nantinya akan dikelola oleh warga setempat atau dikelola sendiri tanpa ada donatur dari luar.

Saat ini elemen desa serta aktivis pemuda yakni Gabungan Anak Sunda Gunung Ambawang (Gasgam) sedang mendekorasi tempat wisata tersebut agar terlihat lebih menarik, indah serta nyaman untuk dikunjungi. Terlebih memang sudah mendapat bantuan dana dari pemerintah desa untuk pengelolaan wisata air terjun ini.

“Rencananya ke depan tidak hanya air terjun mandiri ini saja yang akan dikembangkan. Di desa Sungai Deras dan Dusun Ambawang akan dibuatkan juga rumah penginapan atau homestay untuk para wisatawan menginap, akan tetapi sebelumnya akan diberikan pelatihan terlebih dahulu untuk rumah yang ditunjuk sebagai homestay,” tutur Franz.

Wisata alam di Kalbar, sesungguhnya bisa menjadi besar dan ramai, apabila dikelola dengan baik, yang melibatkan banyak pihak. Saat penyambutan tamu pun nantinya, lanjut dia, bisa diadakan pentas seni dan ngeliwet untuk lebih mengakrabkan kembali dan menjalin tali silaturahmi dengan tamu.

Sumber : Suara Pemred Kalbar

  1. Dibangun untuk Sejahterakan Ekonomi Warga Desa
  2. Tata Ulang Makam Raja-raja Sanggau
  3. Gunung Lalang akan Jadi Bukit Bunga
  4. Wisatawan Dibatasi 40 Orang Dalam Sehari

Page 18 of 25

  • 13
  • 14
  • ...
  • 16
  • 17
  • 18
  • 19
  • ...
  • 21
  • 22

Back to Top

© 2021 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat