Potensi Wisata Alam dan Budaya di Dusun Sarik
- Written by Nining
Bupati Sekadau Rupinus dan Wakil Bupati Sekadau Aloysius menghadiri penutupan Musyawarah Adat sub suku Dayak Kancikgh I di Dusun Sarik, Desa Nanga Mongko, Kecamatan Nanga Taman, Kabupaten Sekadau, Minggu (9/8).
Kegiatan yang dilaksanakan Rumah Dusun Sarik tersebut juga turut dihadiri Anggota DPRD Kabupaten Sekadau, Paulus Subarno dan Abun Tono, Kepala SKPD di lingkungan Pemkab Sekadau, Camat Nanga Taman, dan warga dusun Sarik.
Ketua adat, sub suku Dayak Kancikgh, Petrus Langet mengatakan musdat tersebut merupakan musdat pertama yang dilakukan oleh sub suku Daya Kancikgh. Dengan serangkaian kegiatan yang pada akhirnya resmi ditutup oleh Bupati dan Wabup Sekadau pada hari itu.
“Sub suku Dayak Kancikgh terdiri dari 4 kampung dan 3 desa dengan jumlah penduduk 2.502 orang,” jelasnya.
Langet menjelaskan, tak hanya masih mempertahankan dan melestarikan adat dan budaya di Dusun Sarik juga memiliki sejumlah potensi alam yang dapat dimanfaatkan pemerintah daerah, untuk kemajuan Kabupaten Sekadau, baik untuk objek wisata dan lainnya.
“Seperti potensi air terjun yang bisa untuk pembangkit tenaga listrik/ semoga bisa diakomodir oleh pemerintah daerah ke depan,” harap Langet.
Sementara itu, Rupinus yang berkesempatan menutup kegiatan musdat tersebut mengapresiasi kegiatan yang telah dilaksanakan oleh warga dusun Sarik.
Bupati juga berpesan supaya sub suku Kancikgh mempertahankan adat istiadatnya agar tidak terpengaruh budaya luar yang akhirnya mengurangi nilai budaya itu sendiri.
“Saya menghargai Musdat ini. Tolong dibukukan, wariskan kepada anak cucu kita,” pesan Bupati Rupinus.
Senada dengan Bupati, Wakil Bupati Sekadau Aloysius berharag agar sub suku Kancikgh dapat segera dilaporkan keberadaannya ke Kesbangpol sehingga lebih banyak masyarakat yang mengetahui tentang sub suku Dayak itu.
Musdat resmi ditutup dengan ditandai pemukulan gong sebanyak 7 kali oleh Bupati Sekadau, Rupinus dan disaksikan seluruh masyarakat yang hadir.
Sumber : Tribun Pontianak
Lomba Tabak Hingga Gala Kepung
- Written by Nining
Melestarikan permainan tradisional serta meramaikan kunjungan, Museum Kalbar menggelar permainan dan olahraga tradisional tabak, Jumat (7/8). Bertajuk Belajar Bersama di Museum, kegiatan ini telah diaksanakan sejak 3 Agustus 2020 setia[ hari hingga 14 Agustus 2020 mendatang.
BILA pada zaman dahulu permainan tabak ini dilakukan denga membentuk gambar di tanah dengan sebatang kau, kali ini pihak museum telah menyiapkan sejumlah karpet yang sudah memiliki gambar permainan tabak berwarna-warni dan permainan yang dimainkan kali ini ialah jenis tabak bulan.
Kegiatan yang dibuka untuk umum inipun menarik banyak minat warga Kota Pontianak, bukan hanya anak-anak, ibu-ibu rumah tangga pun tertarik mengikuti permainan tabak yang digelar secara gratis ini.
Puluhan ibu-ibu tergabung dalam Rancak Alun Rumah Melayu terlihat sngat gembira mengikuti permainan tradisional yang sudah jarang sekali dimainkan ini. Mereka terlihat asik memainkan permainan yang membutuhkan kelincahan tubuh.
Yani (40) satu diantaranya peserta mengaku sangat menikmati permainan ini. Ia mengungkapkan permainan ini mengingatkan masa kecilnya.
“Ya walaupun ada yang lupa juga, tapi lama-lama ada juga yang ingat. Ini menyenangkan ya,” kata Yani.
Nostalgia, Yani mengaku memainkan tabak ini ketika duduk dibangku sekolah menengah pertama. “Terakhir mungkin masih SMP main ini, berarti sekitar 30 tahun yang lalu,” ujarnya.
Ia berharap, permainan tradisional ini dapat terus dikembangkan dan dilestarikan, sehingga anak-anak milenial saat ini dapat mengenal dan memainkan lagi permainan ini.
Kepala UPT Museum Kalbar Kusmindari Tri Wati menuturkan program Museum Belajar Bersama di Museum mengangkat permainan tradisional ini bertujuan untuk mengedukasi kembali masyarakat tentang permainan tradisional yang sudah lama ditinggalkan.
“Ini sudah lama menghilang, ini untuk mengingatkan kembali dan mengenalkan kepada anak-anak tentang permainan tradisional, serta diharap anak-anak tidak hanya fokus kepada gadgetnya,” katanya.
Selain permainan tabak, Museum Kalbar juga telah memprogramkan untuk melaksanakan permainan olahraga tradisional gala kepung atau gala hadang setelah program tabak ini selesai.
“Setelah ini akan dilanjutkan lagi dengan permainan gala kepung atau gala hadang akan dilaksanakan mulai tanggal 15 sampai akhir Agustus nanti,” katanya.
Ia menyampaikan, siapa saja yang ingin mengikuti permainan tradisional ini, cukup datang ke museum dan mendaftarkan diri. Setelah itu dapat menikmati permainan olahraga tradisional yang telah disediakan, dan semuanya gratis.
Sumber : Tribun Pontianak
Ritual Gunting Rambut dan Turun Anak ke Aik
- Written by Nining
Pagelaran adat budaya Melayu Sintang digelar di Rumah Adat Melayu Tepak Sireh di Jalan YC Oevang Oeray, Kabupaten Sintang, Minggu (3/8). Bertajuk acara Gunting Rambut dan Turun Anak ke Aik, acara itu digelar untuk dua anak perempuan. Yakni, Shamara Thara Shaqueena putri dari Hermansyah, Camat Belitang, Kabupaten Sekadau, dan Fatri Diana Kartawidjaja putri dari Ade Kartawidjaja, Ketua Umum MABM Kabupaten Sintang.
RITUAL adat tersebut dihadiri Bupati Sekadau Rupinus SH MSi dan Wakil Bupati Sekadau Aloysius SH MSi beserta isteri Ny Vixtima Heri Supriyanti Aloysius AMd. Turut pula Penjabat (Pj) Sekda Sekadau Nurhadi SIP beserta isteri, dan Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Sekadau Leonardus SSos.
“Terima Kasih atas undangan ini, suatu kehormatan. Kami kabupaten baru 15 tahun. Kami harus lebih banyak belajar ke saudara tua kami, Sintang, mari kita merajut kebersamaan dan toleransi,” ujar Bupati Sekadau, Rupinus.
Menurut Rupinus, acara Gunting Rambut dan Turun Anak ke Aik merupakan adat budaya Melayu yang perlu dilestarikan. Dia juga terpukau dengan Rumah Adat Melayu Tepak Sireh Kabupaten Sintang.
“Kehadiran kami rasanya wow. Kami belum punya (Rumah Melayu) kami baru berencana membangun rumah adat budaya Melayu,” kata Rupinus
Pemkab Sekadau, kata Rupinus, saat ini sedang fokus menyelesaikan pembangunang Masjid Agung dan Gereja Agung.
“Kalau keraton sudah ada, karena sekarang kami baru mau menyelesaikan Masjid Agung dan Gereja Katolik. Ini berproses, mudah-mudahan tahun ini selesai. Rumah adat nanti kita bangun,” ungkapnya.
Sumber : Suara Pemred Kalbar
Literasi dan Minat Baca Masih jadi Masalah
- Written by Nining
SINTANG - Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sintang, Iwan Setiadi mengungkapkan, minimnya budaya literasi masih melekat pada anak muda di Sintang. Kadis ini menilai, kurangnya minat baca di Kabupaten Sintang karena minimnya fasilitas perpustakaan sebagai penunjang bacaan.
“Kalau berbicara teknologi informasi sudah kita terapkan di perpustakaan. Namun, yang perlu kita perhatikan keberadaan perpustakaan di tempat yang strategis sehingga masyarakat betah dan senang berada di sana,” ungkapnya saat menghadiri rapat koordinasi literasi berbasis inklusi di Balai Praja Kantor Bupati Sintang, kemarin.
Menurutnya, dalam membangun minat baca perlu strategi yang bersinergi antar instansi terkait. Dirinya menjelaskan, menumbuhkan budaya literasi ini perlu digencarkan sampai ke kecamatan, pun termasuk di desa-desa.
“Kita sudah punya mitra program kepada unit perpustakaan di desa seperti Desa Jerora 1, Sungai Ana, Baning Kota, Sungai Ukoi dan Kebong, akan tetapi dinilai masih kurang peminat baca, lebih cenderung ke kota yang ramai mungkin dikarenakan aktivitas masyarakat lebih ramai di kota,” tambahnya.
Bahkan, lanjut Iwan, di Desa Sungai Ukoi perpustakaannya memiliki les Bahasa Inggris. Pun didalamnya memiliki bimbingan belajar anak-anak. Ini dilakukan pihaknya agar banyak pengunjung yang betah berada disana.
“Kegiatan transformasi perpustakaan dari membaca sekarang kita tambah menjadi berbagai program tempat pembelajarannya dengan kegiatan lain seperti, hidroponik yang ada di Kecamatan tempunak yang mampu menarik minat masyarakat,” ucapnya lagi.
Sementara, Asisten perekonomian dan pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Sintang, Yustinus mengungkapkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sintang terus berbenah untuk menumbuhkan minat baca masyarakat serta terus mengaungkan transpormasi perpustakaan berbasis Inklusi sosial untuk mencerdaskan masyarakat.
“Membaca merupakan indikator pengembangan pengetahuan secara menyeluruh terhadap wawasan seseorang itu sebab perpustakaan meski tetap terus hadir,” ungkapnya.
Yustinus juga mengatakan proses pendidikan formal tidak hanya diperoleh dari ruang belajar saja melainkan harus dicari dan digali melalui berbagai media termasuk perpustakaan.
“Karena ya di perpustakaan kita memperoleh berbagai buku ilmu pengetahuan yang sangat membantu memperluas dan memperdalan serta meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan dan bermanfaat bagi kehidupannya,” imbuhnya.
Tentunya, pihaknya menyadari berbagai kelemahan yang tengah dihadapi oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sintang. Oleh sebab itu, dirinya berharap ke depan dengan banyaknya kegiatan yang dipusatkan ke perpustakaan, tingkat membaca juga meningkat.
“Kampanye dan gerakan perlu dilakukan. Apalagi kegiatan sudah banyak di perpustakaan, kita harapkan juga mereka bisa sambilan membaca dan membuka buku,” pungkasnya.
Sumber : Pontianak Post
Lestarikan Adat Gunting Rambut
- Written by Nining
Sampai hari ini 300 ribu lebih tradisi kita dilupakan masyarakat. Atas dasar itulah, MABM berteguh hati untuk selalu melestarikan adat budaya Melayu.
SINTANG, TRIBUN - Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kabupaten Sintang menggelar pagelaran adat budaya melayu bertajuk Gunting Rambut dan Turun Anak ke Aik Shamara Thara Shaqueena, Putri dari Hermansyah Camat Belitang, Sekadau dan Fatri Diana Kartawidjaja, putri dari Ade Kartawidjaja, Ketua Umum MABM Sintang di Rumah Melayu Tepak Sireh, Minggu (2/8) pagi.
Kegiatan pagelaran adat budaya melayu tersebut tidak hanya dihadiri oleh Bupati Sintang, Jarot Winarno, tapi juga Bupati Sekadau Rupinus, Wakil Bupati Sekadau, Aloysius beserta Sekda.
Ketua penyelenggara kegiatan, Kurniawan mengatakan pagelaran adat budaya melayu, khususnya gunting rambut dan turun anak ke air dipahami sebagai warisan budaya hasil kerja intelektual leluhur di masa lalu. Menurutnya, adat budaya adalah kekayaan yang sejajar dengan modal dasar pembangunan, baik dari sisi SDM maupun teknologi.
“Bahkan warisan budaya akan menyentuh nilai filosofi dalam kita mengelola SDM dan teknologi. Oleh karena itu MABM bercita-cita besar ingin melestarikan adat budaya melayu sebagai salah satu modal pembangunan di Kabupaten Sintang,” ujar Kurniawan.
Dalam catatan Kemendikbud, ada dua klasifikasi besar warisan budaya. Warisan budaya benda dan tak benda, salah satunya tradisi dan adat istiadat.
“Sampai hari ini 300 ribu lebih tradisi kita yang dilupakan oleh masyarakat. Atas dasar itulah, pada kesempatan ini MABM berteguh hati untuk selalu melestarikan adat budaya melayu,” ujar Kurniawan yang juga Sekretaris MABM Kabupaten SIntang ini.
Sebenarnya, acara gunting rambut cucu dari Ade Kartawidjaja, Ketua Umum MABM Sintang rencananya digelar sederhana dirumahnnya. Namun, Kurniawan membujuk agar gunting rambut dan adat istiadat melayu dipublikasikan dan dipromosikan.
“Sebenarnya ketua ingin menyelenggarakan di rumah saja, kecil dan untuk keluarga terbatas, tetapi kami dari MABM akhirnya meminta kepada beliau untuk bersedia agar acara ini bisa kita publikasikan dan promosikan,” ungkapnya.
Ada empat rangkaian adat yang digelar, seperti acara menjenguk awan, acara turun ke aik, naet langkau tebu, pembacaan Albarjanji dan gunting rambut.
Hermansyah, perwakilan dari keluarga besar menyampaikan ucapan terima kasih kepada penyelenggara dan para tamu undangan yang hadir.
“Hari kami keluarga besar yang merasa kebahagiaan yang luar biasa. Disamping acara syukuran gunting rambut dan aqiqah, ada adat melestarikan adat budaya orangtua dulu, tentu keberadaannya harus kita lestarikan dan kita kembangkan didalamnya ada nilai sejarah, pesan moral. Tentunya kita semua wajib melestarikan adat budaya melayu, termasuk budaya Sintang,” kata Hermansyah.
Jalin Silaturahmi
BUPATI Sintang, Jarot Winarno menyebut adat budaya merupakan medium yang sangat efektif untuk menjalin silahturahmi, komunikasi antara sesama.
Seperti yang terlihat pada Pagelaran Adat Budaya Melayu Sintang bertajuk acara gunting rambut dan turun ke Aik ini.
“Bupati dan wakil Bupati Sekadau, putra daerah Sekadau berkumpul bersama dengan masyarakat, alim ulama, tokoh masyarakat dan berbagai komponen bangsa. Ini menunjukkan bahwa adat budaya merupakan medium yang sangat efektif untuk menjalin silaturahmi, komunikasi antara kita semua,” ungkap Jarot.
Jarot melihat rangkaian keluhuran adat budaya melayu, seperti adat jenguk awan, anak tutun ke aik, au memanjat langkau tebu, kemudian dikombinasikan sunah rasul gunting rambut dilanjutkan dengan pembacaan al-barzanji memberikan kesadaran bahwa keluhuran adat budaya melayu bersendikan ajaran agama. “Ini barangkali mahal, jarang, dan membuat kita bahagia,” katanya.
Jarot merasa bangga, keberadaan Rumah Melayu Tepak Sireh mampu mempersatukan seluruh komponen bangsa dengan kegiatan pelestarian adat dan budaya.
“Atas nama Pemkab Sintang berbangga hati memberikan perhatian untuk tumbuhnya pelestarian adat dengan pembangunan rumah adat melayu, efektif bisa menjalin komunikasi. Seluruh komponen bangsa perlu kita perhatikan ketika ada berkeinginan melestarikan adat dan budaya. Karena adat budaya mengatur relasi antara manusia dengan yang maha kuasa, dan alam semesta,” tukasnya.
Terpukau
BUPATI Sekadau, Rupinus merasa terpukau dengan Rumah Adat Melayu Tepak Sireh yang ada di Jl. Y. C. Oevang Oeray, Kecamatan Sintang, saat menghadiri kegiatan Pagelaran Adat Budaya Melayu Sintang.
“Kehadiran kami rasanya wow. Kami belum punya (rumah melayu) kami baru berencana membangun rummah adat Budaya Melayu,” kata Rupinus.
Saat ini, Pemkab Sekadau kata Rupinus sedang fokus menyelesaikan pembangunan Masjid Agung yang berada di Jalan Sintang-Sekadau. “Kalau Keraton sudah ada, karena sekarang kami baru mau menyelesaikan masjid agung. Berproses mudah-mudahan tahun ini selesai. Rumah adat nanti kita bangun,” ungkapnya.
Rupinus berterima kasih kepada panitia penyelenggara yang telah mengundang Pemkab Sekadau dalam kegiatan Pagelaran Adat Budaya Melayu Sintang.
“Terima Kasih atas undangan ini, suatu kehormatan. Kami kabupaten baru 15 tahun, kami harus lebih banyak belajar ke Saudara tua kami, Sintang. Mari kita merajut kebersamaan dan toleransi. Semua harus kita perhatikan tidak memandang satu golongan dan agama. Adat budaya melayu perlu kita lestarikan, ciri khas bangsa Indonesia adalah adat istiadat,” katanya.
Sumber : Tribun Pontianak
Page 14 of 25